Puluhan Tahun Warga Perbatasan Garut -Tasikmalaya, Terbiasa Menantang Bahaya
Tasikmalaya, Jatiluhuronline - Puluhan tahun warga desa Campakasari Kecamatan Bojong Gambir Kabupaten
Tasikmalaya dan warga Desa Simpang Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut, hidup
dalam keseharian menantang bahaya. Bagaimana tidak, sehari-hari mereka menggunakan
jembatan gantung untuk melintasi Sungai dibawahnya. Bagi warga Desa Simpang dan
Campakasari tidak ada pilihan lain kecuali menggunakan jembatan itu, karena
hanya satu-satunya akses jalan yang bisa dilalui dengan cepat.
Kalaupun ada, harus mengular sampai beberapa kilometer.
Itupun tidak menjamin lancar, karena kondisi jalan terjal dan medan jalan yang
turun naik mengitari bukit serta ngarai yang curam. Bagi para pendatang yang
sengaja datang ke perbatasan kabupaten tersebut, karena kebetulan didaerah
pesisir pantai selatan, harus ekstra hati-hati. Namun tidak bagi warga setempat
disana, mereka sudah terbiasa dan menganggap wajar tanpa syarat dengan kondisi
alam yang sudah dirasakannya sejak puluhan tahun silam itu.
Menurut Ta’ip (43) tahun warga Kampung Cipeuteuy Desa
Campakasari Kecamatan Bojong Gambir Kabupaten Tasikmalaya, saat bertemu di
Kampung Pamukiman Desa Simpang Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut. Sambil
menikmati makanan dan hidangan secangkir minuman, diwarung kopi seberang
jembatan gantung. Jum’at (21/08) pagi hari, kepada Jatiluhuronline.id
mengungkapkan.
“Warga (Simpang dan Campakasari) disini, sudah terbiasa dan
membiasakan diri dengan kondisi seperti sekarang. Tidak ada lagi yang bisa
diharapkan, kecuali bersabar dan menunggu perhatian serta bantuan uluran tangan
pemetintah daerah. Satu yang tersisa harapan dari kepala desa disinipun, sudah
tidak bisa diandalkan. Cenderung saya pesimis dengan kinerja kepala desa beserta
ketua badan permusyawartan desa, yang tidak pernah memikirkan infrastruktur,
khususnya jalan.” Kata Ta’ip sambil tersenyum.
Ta’ip menyebutkan, bahwa kebiasaan warga menantang kebiasaa
berbahaya tidak lepas dari peran dan tanggung jawab kepala desa dan ketua BPD.
Mengingat maju dan mundurnya desa dari berbagai segi adalah menjadi tanggung
jawab mereka dalam melaksanakan tata pemerintahan desa, dengan tidak mengabaikan
peran dan fungsinya masing-masing. Khususnya bidang peningkatan infrastrukutur
vital, diantaranya jalan dan jembatan, dengan menggunakan kewenangan sesuai kebutuhan
warga masyarakat.
“Sayangnya, sepertinya ini tidak pernah dilakukan. Termasuk
kepala desa Simpang, harusnya mereka berkoordinasi dan bersama-sama mendorong
pemerintah kabupatennya untuk secepatnya membantu warga perbatasan. Karena
tidak sedikit warga sini (Desa Simpang) yang bersekolah ke wilayah kami (Desa
Campakasari), baik anak SD maupun siswa Madrasah Tsanawiyah. Karena jauhnya
jarak bersekolah ke ibukota kabupaten masing-masing. Jadi beginilah keadaan
kami, dan tidak bisa berbuat banyak.” Jelas Ta’ip seraya mengakhiri obrolan
sambil berlalu pamitan pergi. (***)
0 Response to "Puluhan Tahun Warga Perbatasan Garut -Tasikmalaya, Terbiasa Menantang Bahaya"
Posting Komentar