Opini Publik : Caleg Perempuan (Panyocok Nu Teu Cocok)
CALEG PEREMPUAN
(Panyocok Nu Teu Cocok)
Oleh : M. Tolib Mubarok
Pesta
Demokrasi dalam wujud Pemilihan Umum Anggota Legislative (Pileg) April, 2019
nanti, gemanya mengalahkan tragedi kemanusiaan, Gempa Bumi yang melanda negri
ini, setelah Mataram, Nusa Tenggara Barat, kini Palu, Sulawesi Utara kembali
diterjang gempa bumi, meluluhlantahkan dan menenggelamkan beberapa desa, menelan banyak korban manusia, bau anyir kematian,
bau darah kedukaan, rintih kepiluan isak tangis kesedihan dalam ratap setiap
jiwa yang nyawanya masih tersisa, ternyata tidak mampu membendung dentuman
keras dan gelmbang dahsyat yang namanya PILEG (Pemilihan Umum Calon Anggota
Legislative)
Gema yang
berkekuatan super canggih dari Pileg, ternyata membuat sibuk seluruh elemen dan
komponen bangsa Indonesia, ibarat musim kemarau panjang yang menanti turun
hujan, tiba hujan, tumbuhlah bermacam macam rumput dan ilalang, suara-suara nyaring
kodok mengisi setiap ruang dan waktu, seperti itulah nuansa dan fenomena wajah perpolitikan di tanah air, seluruh partai politik sibuk dan menyibukkan segala kekuatan,
lalu bermunculan Parpol baru untuk turut larut dan hanyut sebagai peserta
pemilu, berbagai macam strategi, siasat sampai pada tipu muslihat disusun rapih
dan sistimatis.
Parpol yang akan
mengikuti Pileg, harus memenuhi berbagai macam persyaratan yang ditetapkan oleh
Undang Undang, 32% keterwakilan Perempuan menjadi salah satu syarat mutlak agar
Parpol dapat menjadi peserta pemilu, maka semaraklah kancah Pileg dengan
kehadiran kaum wanita, disela sela kesibukan mengurus rumah tangga, Parpol
berebut mencari pigur perempuan yang dinilai memiliki peluang mendulang suara,
jika caleg perempuan adalah sosok yang memiliki Kredibilitas, Intergritas,
Kapabilitas, tentunya itu sangat diharapkan, namun kenyataan, banyak partai
yang melakukan galah comot dengan berdalih asal ada keterwakilan perempuan (Panyocok Nu Teu Cocok), ini menjadi sebuah dilematik dan polemik, bagaimana
tidak, caleg perempuan yang hadir ternyata lebih banyak jumlahnya yang berasal
dari masyarakat biasa, bukan perempuan handal yang lahir dan dibesarkan dari
sebuah pergerakan dan perjuangan, lebih tepatnya mereka hadir dari dapur rumah
tangga biasa bukan lahir dari dapur kawah candradimuka.
Perempuan sebagi
symbol kendaraan, lebih tepaynya sebagai sarana obyek pencapai tujuan, kembali
akan menjadi korban dan dikorbankan, peran dan fungsinya akan dijadikan senjata
kepentingan politik semata, tetapi jika Caleg perempuan itu lahir dan
dilahirkan dari dunia politik, pertanyaannya adalah, apakah perempuan itu masih
memiliki sifat ayu, kemayu dan keibuan, pakta dilapangan menyebutkan, banyak
perempuan yang telah duduk di kursi legislative ternyata tidak dapat
melaksanakan dwi fungsinya, baik sebagai ibu rumah tangga yang mengasuh anak anaknya maupun sebagai ibu
masyarakat yang menjembatani suara perempuan di masyarakat.
Namun kita tidak
boleh pesimis dan berharap kerdil, masih ada harap besar dan optimisme, semoga
caleg perempuan yang tampil dalam kancah Pileg 2019 nanti, akan mampu
melaksanakan tugas gandanya, amanah dan patonah, karena perempuan adalah bagian
penting dalam penyelenggaraan sebuah Negara, jika
perempuannya baik maka akan baik lah suatu Negara pun demikian jika
perempuannya rusak maka akan rusak pulalah suatu Negara.
Purwakarta, 24
Oktober 2018
=============================
Jatiluhuronline.com menerima tulisan dari para pembaca pada kolom "Opini Publik", kirimkan tulisan anda melalui e-Mail : jatiluhuronline@gmail.com
0 Response to "Opini Publik : Caleg Perempuan (Panyocok Nu Teu Cocok)"
Posting Komentar