PBB : Tidak Ada Konsistensi dalam Panggung Politik (Opini)
Mohammad Ridwan (Caleg DPRD Provinsi Jawa Barat Dapil X, Purwakarta-Karawang) |
Purwakarta, Jatiluhuronline.com - Masyarakat Indonesia mayoritas beragama Islam, namun kuantititas tidak dibarengi dengan pandangan yang sama terhadap Islam dan politik. Fenomena dalam pemahaman umat terhadap politik terbagi dua tendensi pemikiran, satu pihak memandang bahwa Islam merupakan agama yang lengkap, yang telah mengatur semua sendi kehidupan, termasuk juga di dalamnya urusan yang berkenaan dengan politik (negara).
Di pihak lain, berpandangan bahwa Islam hanya sebatas agama tidak lebih dari itu. Adapun urusan yang berkenaan dengan politik, hanya diserahkan kepada manusia itu sendiri untuk memikirkan dan melaksanakannya, Islam tidak perlu dijadikan ideologi negara.
Menjelang Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 saat ini, panggung politik tidak pernah sepi dari intrik, hoax, hujatan, pencitraan, legitimasi atas kebijakan politik yang diambil dan sejumlah argumentasi lainnya.
Konsistensi itu hanya ada dalam dunia hukum, tapi tidak dalam dunia politik. Partai Bulan Bintang (PBB) diposisikan oleh kaum 'kampret' sebagai pembela, pengikut 'cebong'. Padahal PBB tidak punya legal standing untuk dalam posisi itu, karena tidak punya kursi di DPR RI selama 10 tahun ini. Tapi kenapa begitu gencar PBB harus dibunuh karakter politiknya baik oleh kawan maupun lawan.
Kata kuncinya adalah kepentingan politik yang berbeda, bukan urusan akan masuk neraka atau surga, pendukung firaun atau nabi Musa kalau tidak mendukung 01 atau 02.
Karena dalam berpolitik itu, masuk dalam wilayah 'ijtihad', bukan aqidah (keyakinan agama). Kalau ada yang memberi stigma politik yang negatif maka lebih merupakan propaganda, pemanfaatan kepentingan politik dan momentum.
Bukankah koalisi 01 dan 02, dibangun atas dasar kepentingan politik guna memberi dan mendapat apa. Jadi sekali lagi tidak ada konsistensi, sikap yang 'ajeg' (istiqomah) dalam panggung politik.
Para penganut yang masih idealis dalam berpolitik praktis atau yang baru masuk dalam politik
(panggung politik) jangan berharap terlalu jauh, karena realitasnya bisa berbeda 180 derajat.
Janganlah terlalu membenci yang berlebihan, cukup bersikap pertengahan (soft) saja. Bukankah kita diajarkan untuk menjadi umat pertengahan (umatan washaton).
Karen kedua capres bukanlah penganut ideologi Islam. Tapi mereka adalah kaum nasionalis sekuler. Pasca 17 April 2019 nanti konfigurasi politik di dua kubu 01 dan 02 akan bergeser atau bubar. Akan bersatu lagi kalao ada kepentingan politik yang sama, kawan bisa jadi lawan dan sebaliknya. Wallohu alam.
====================Mohammad Ridwan, S.Pd.I (Caleg PBB Provinsi Jabar, No. Urut 6 Dapil X, Purwakarta-Karawang)
Editor : Kang Mul