Rumah Milik Warga di Tegalwaru Ambruk Diterjang Puting Beliung
Purwakarta, Jatiluhuronline.com - Sebuah rumah milik warga kampung Cikakak Panyingkiran Rt. 11/06 Desa Batu Tumpang, Kecampatan Tegalwaru, Purwakarta hancur di diterjang angin puting beliung.
Diketahui, rumah itu milik nenek Itoh yang sudah berusia 75 tahun itu, rumahnya hancur diterjang hujan disertai angin kencang pada akhir pekan lalu. Beruntung Nenek Itoh berhasil selamat sesaat rumah yang berukuran 5×7 meter itu ambruk.
Pjs Kepala Desa Batutumpang, Cecep Sobandi membenarkan adanya kejadian tersebut.
”Iya kejadiannya tadi sore (kemarin), sekira pukul 16.30 WIB satu rumah rusak dan 1 rumah roboh serta 1 tower patah,” ujar Cecep, seperti dikutip dari pojokjabar.com
Kemudian setelah kejadian itu, aparat desa dibantu warga setempat membongkar rumah Itoh.
”Sebetulnya rumah itu memang mau dibongkar dan Nenek itu mau direlokasi sebab dirinya mendapat bantuan Rutilahu dari pemerintah,” kata Babinkamtibmas Desa Batutumpang Bripka Zaenudin.
Sebelumnya, Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika mengakui jika sejumlah wilayahnya rawan terjadi bencana alam terutama pada peralihan musim kemarau kehujan.
”Kami sudah menginstruksikan seluruh jajaran pemerintahan hingga tingkat bawah supaya menguatkan komunikasi untuk lebih tanggap bencana. Mengingat, saat ini sudah memasuki musim hujan,” ungkap Anne.
Ia mengatakan, hasil dari pemetaan dinas terkait ada tiga bencana alam yang harus diwaspadai, yaitu pergerakan tanah atau longsor, angin ribut dan banjir yang sering terjadi di sejumlah wilayah.
Kecamatan Bojong, Darangdan, Wanayasa dan Pondoksalam masuk ke dalam wilayah rawan longsor karena wilayah perbukitan.
”Di empat wilayah itu tingkat pergerakan tanahnya cukup tinggi, jadi perlu diwaspadai,” katanya.
Kemudian, sambungnya, untuk daerah yang rawan bencana angin puting beliung di antaranya terdapat di wilayah kecamatan kota dan Bungursari. Karena, sejauh ini kerap terdengar kejadian tersebut di dua wilayah ini.
Sementara, untuk bencana banjir sebenarnya nyaris tidak ada wilayah yang rawan di daerahnya. Kalaupun ada, itu biasanya adalah banjir cileuncang yang diakibatkan adanya drainase yang tersumbat sampah.
Atas dasar itu pula, pihaknya mengajak masyarakat untuk menggalakan bebersih.
”Kami mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk mengantisipasi supaya dampak dari bencana alam bisa diminimalisasi,” ujar Anne menghimbau.
Selain itu, Anne mengaku telah menyiapkan anggaran khusus bencana alam sekitar Rp500 juta yang bersumber dari APBD kabupaten.
”Kemarin sudah tersalurkan Rp200 juta saat bencana kekeringan dan kekurangan air bersih. Kita berdoa bersama, semoga di Purwakarta tidak ada bencana alam yang bisa merugikan masyarakat,” katanya. [rk/pojokjabar/joe]